Kamis, 06 Juni 2013

Spirit Dan Motivasi // THE MIRACLE OF ‘IN SPITE OF’



THE MIRACLE OF ‘IN SPITE OF’
Dr. Zaprulkhan M.S.I Inspiring Learner

            Dalam gelanggang kehidupan yang kita jalani ini, terkadang kita menemukan suatu fenomena yang oleh sebagian sosiolog dinamakan sebagai paradoks kehidupan. Paradoks kehidupan ini mengatakan demikian: dalam kenyamanan dan ketenangan hidup banyak manusia yang menjalani kehidupan secara statis, sedangkan ketika terlempar dalam lorong-lorong nestapa dan prahara kehidupan yang memojokkan banyak manusia yang merenda wajah kehidupan mereka menjadi dinamis.
            Kebanyakan manusia tidak tergerak untuk meraih puncak prestasi dan menciptakan karya-karya kemanusiaan yang bermakna, ketika mereka berteman dengan kemapanan hidup. Wajah kehidupan yang mereka jalani menjadi stagnan dan statis, dingin dan jumud, serta mandek dan beku. Tidak ada gairah di dalamnya. Namun tatkala cambuk-cambuk kehidupan memukul hari-hari mereka, wajah kehidupan mereka menjadi berubah. Mereka menjadi berubah dan mempunyai dinamika. Kehidupan mereka menjadi penuh nuansa dan kaya pesona.
Tepat pada poin inilah, letak keunikannya. Di tengah-tengah kegetiran hidup dan prahara kehidupan yang memporakporandakan ketenangan hidup mereka, orang-orang ini justru seakan-akan berlomba dengan kepahitan hidup dalam merajut kain satin kehidupan yang penuh makna. Dan di tengah-tengah tantangan dan ujian yang melumpuhkan kekuatan mereka, orang-orang ini justru terus berpacu dalam merenda lembar demi lembar benang kehidupan agar menghasilkan lukisan kehidupan mereka yang bermakna. Untuk merasakan cita rasa nilai intrinsik paradoks kehidupan secara langsung, mari kita lihat sebuah kisah nyata berikut ini.  
Di Mexico ada sebuah patung yang sangat indah dan diberi nama yang agak aneh, yaitu “In Spite of” yang berarti “meskipun”. Nama yang diberikan tidaklah sesuai dengan nilai artistik dan keindahannya tetapi nama itu diberikan justru untuk menghormati sang pemahatnya. Dikisahkan pada saat proses pembuatan patung dan baru setengah jadi, sang pemahat mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap pada tangan kanannya dan tidak bisa lagi berfungsi untuk menyelesaikan patung yang masih setengah jadi itu.
Namun tekad sang pemahat untuk menyelesaikan karyanya sangat membara, maka dia melatih tangan kirinya untuk memahat seterampil tangan kanannya hingga akhirnya patung itu tetap mampu diselesaikan sesempurna, bahkan lebih indah jika ia menggunakan tangan kanannya. Itulah sebabnya masyarakat Mexico memberi nama patung itu “In Spite of” untuk menghargai tekad luar biasa sang pemahat.
* * * * *
Kalau kita menelisik ke belakang layar kehidupan orang-orang besar, ternyata banyak di antara mereka yang menggapai kebesarannya dibalik selubung in spite of: di bawah bayang-bayang kenestapaan, di tengah-tengah prahara kehidupan. Meskipun tuli, Van Beethoven mampu menjadi maestro komponis legendaris musik instrumental yang semua simfoninya sangat mendamaikan jiwa siapapun yang menyimaknya; Meskipun lumpuh, Franklin Roosevelt mampu menjadi satu-satunya presiden Amerika yang menjabat selama tiga periode dengan leadership yang mengagumkan sekaligus menorehkan kesan yang tak tergantikan bagi rakyat Amerika; Meskipun tidak mempunyai kedua tangan, Liu Wei pemuda asal Beijing menjadi juara pertama dalam memainkan piano dengan jari-jari kedua kakinya secara menakjubkan dalam kontes bergengsi China’s Got Talent;
Meskipun sejak usia dua tahun mengalami lumpuh total dari pinggang sampai ke ujung kaki, Dr. William Tan dari Singapura malah mampu meraih gelar Doktor (Ph.D) serta sembilan gelar master dan sarjana dari berbagai Universitas kaliber internasional (Harvard & Oxford); Mampu menjadi seorang ilmuwan, dokter, atlet Internasional, pemegang rekor dunia, serta pelatih dan motivator kelas dunia; Dan yang menakjubkan, semua prestasi besar itu digapai Dr. William dengan duduk diatas kursi roda! Meskipun sejak lahir tidak mempunyai kedua tangan dan kedua kaki, Nick Vujicic (Voy-a-Chich) yang baru berumur 27 tahun telah sukses menjadi pembicara internasional dan mengarang buku best seller: Life Without Limits; Dan meskipun menjadi tuli, bisu, dan buta sejak usia 2 tahun, Helen Keller justru mampu menggapai berbagai prestasi agung dan hampir setiap kalimat-kalimatnya kini mampu meniupkan spirit inspirasi bagi jutaan orang yang menyimaknya.
Ketika membaca kisah orang-orang besar yang justru mampu menggapai kebesarannya bersama cacat seumur hidup yang mereka miliki, saya seringkali tercenung: Bagaimana mungkin mereka mampu menerobos keterbatasan fisik mereka sehingga mengantarkan mereka menjadi para juara dalam gelanggang kehidupan?! Bagaimana mungkin mereka sanggup menaklukkan cacat fisik mereka dan meninggalkan jejak-jejak kehidupan yang penuh makna bagi orang lain?! Dan bagaimana mungkin mereka dapat menembus batas-batas keterbatasan jasmani mereka dan mengukir nama mereka dengan tinta emas pada lembaran-lembaran sejarah umat manusia?!
Saat itulah saya menyadari bahwa keterbatasan fisik tidak bisa menghalangi tekad yang membara; kelemahan fisik tidak akan pernah mampu menghalangi siapa pun yang mempunyai ketekunan dan ketabahan sekokoh karang dalam menggapai mimpi-mimpi besar mereka; Dan Semua cacat jasmani tidak akan pernah mampu membatasi kehebatan potensi agung yang telah Tuhan letakkan dalam jiwa kita masing-masing.
Itulah paradoks kehidupan! Dalam kenyamanan, ketenangan, dan kemapanan hidup, banyak di antara kita yang malah menjalani kehidupan apa adanya. Namun tatkala tantangan, ujian, dan nestapa menyambangi hidup kita, tidak sedikit di antara kita yang justru tertantang untuk menggapai kehidupan yang penuh makna. Ujian yang Tuhan hadirkan dalam kehidupan kita ternyata mempunyai tujuan indah yakni untuk mengaktualisasikan potensi agung yang telah Dia letakkan dalam diri kita masing-masing.
Sungguh tepat jika seorang bijak bestari, Oliver Wendell Holmes menitahkan prinsip berikut kepada kita semua: “What lies behind us and what lies before us are tiny matters compared to what lies within us”, “Apa yang ada di belakang kita dan apa yang ada di depan kita adalah masalah-masalah kecil dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita”. So keep your spirit, your passion, your desire, and your belief!
                                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar