MERAIH
MIMPI
Dr. Zaprulkhan, M.S.I Inspiring Learner
Ini
kisah mengenai Monty Roberts, penulis buku laris The Man who Listens to Horses. Beberapa dekade lalu, ketika Monty
masih di sekolah menengah, guru kelasnya memberikan tugas mengarang dengan
topik meraih mimpi. Dengan penuh semangat Monty melukiskan impiannya secara
tertulis bahwa satu waktu ia ingin memiliki peternakan sendiri seluas seratus hektar
dan mempunyai peternakan kuda balap keturunan murni.
Ketika
Monty menyerahkan hasil karangannya, gurunya langsung memberi Monty nilai F.
Nilai F bukan hanya pertanda bahwa Monty tidak lulus, tapi juga mencerminkan
keyakinan sang guru bahwa cita-cita Monty itu mustahil akan menjelma menjadi
kenyataan. Gurunya cuma melihat kehidupan Monty yang saat itu benar-benar
sangat miskin. Dalam pandangan gurunya waktu itu, tidak mungkin bocah laki-laki
amat miskin yang hanya tinggal dalam mobil truk pik up akan mampu mengumpulkan
cukup banyak uang untuk membeli perkebunan yang luas, membeli ternak-ternak
mahal untuk dikembangbiakkan, dan membayar gaji para pegawai peternakan.
Dengan
keyakian demikian, sang guru menawari Monty untuk menulis ulang karangannya tentang
impian yang realistik agar bisa mendapat nilai yang lebih baik dan lulus. Tapi
apa jawab Monty? Dengan anggun dan yakin, Monty berkata, “Simpan saja nilai F
itu dan saya akan tetap menyimpan impian saya.”
Hari
ini, Monty telah memiliki perkebunan peternakan di Solving, California seluas
delapan puluh hektar, yang bernama Flag
is Up Farms. Ia juga kini telah mengembangbiakkan kuda balap keturunan
murni dan melatih ratusan pelatih kuda cara-cara yang lebih berperikemanusiaan
dalam melatih kuda.
Kisah
indah Monty ini membuktikan bahwa orang yang paling miskin adalah orang yang
tidak mempunyai mimpi, bukan orang yang tidak mempunyai uang dan kekayaan,
rumah megah dan mobil mewah, titel yang tinggi dan jabatan yang mentereng.
Sebab mimpi-mimpi kita itulah yang mampu menghasilkan uang dan kekayaan, rumah
megah dan mobil mewah, serta titel yang tinggi dan jabatan bergengsi.
Melalui
kisah inspiratif di atas, kita bisa memetik inspirasi dalam dua aspek. Pertama,
gantungkanlah cita-cita setinggi langit. Impian yang rendah tidak akan pernah
meniupkan gairah, semngat, dan kreativitas dalam diri kita. Setiap kita akan
menjadi sangat bergairah, termotivasi, dan terinspirasi ketika kita menentukan
impian yang lebih tinggi, lebih besar, dan lebih menantang. Mengapa demikian? “Giant goals, tulis Anthony Robbins
dalam Awaken the Giant Within, produce
giant motivation”, “Sasaran-sasaran raksasa menghasilkan motivasi raksasa
pula.”
Kedua,
kita harus yakin dengan impian kita sendiri lebih daripada yang orang lain
katakan kepada kita. Betapa sering kita mendambakan sebuah mimpi besar yang
sangat bergelora dalam diri kita masing-masing dan merasa yakin mampu
meraihnya. Namun tiba-tiba impian tersebut hancur berantakan hanya karena
seseorang mengatakan bahwa impian kita tidak menarik.
Kita mengalami ketakutan dan kegagalan, bahkan terkadang frustrasi untuk
bermimpi besar, apalagi mengungkapkannya kepada orang lain. Padahal pada saat
Anda memiliki hasrat yang membara untuk meraih sebuah mimpi mulia dan Anda
yakin bahwa Anda sanggup menggapainya, sebenarnya saat itulah momen kritis yang
paling menentukan kesuksesan Anda, walaupun semua orang meragukan kualitas dan
kehebatan Anda.
“Whether you prevail or
fail, advis Jim
Collins dalam How the Mighty Fall, endure
or die, depends more on what you do to yourself than on what the world does to
you, “Apakah Anda berhasil atau gagal, bertahan atau mati, semuanya lebih
bergantung pada apa yang Anda lakukan terhadap diri Anda sendiri ketimbang pada
apa yang dunia lakukan terhadap diri Anda.” Artinya, yang lebih menentukan
kesuksesan dan kegagalan kita adalah sikap kita terhadap diri kita sendiri
daripada sikap orang lain kepada kita.
Karena itu, percayalah pada mimpi-mimpi Anda, jangan
sekali-kali percaya pada penilaian negatif orang lain. Percayalah pada potensi
besar dalam diri Anda, jangan percaya pada aggapan sinis orang lain tentang
Anda. Dan percayalah dengan kemampuan Anda, jangan pernah percaya dengan
keraguan orang lain tentang Anda. Sebab, what
we think about our selves is more important than what others think about us,
Apa yang kita pikirkan mengenai diri kita jauh lebih penting daripada apa yang
orang lain pikirkan tentang kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar