SAHABAT SEJATI ATAU PALSU?
Dr.
Zaprulkhan, M.S.I Inspiring Learner
Satu waktu, ketika penguasa
besar Prancis Napoleon Bonaparte berada di puncak kekuasaannya, ia pernah
menyampaikan orasi dengan berapi-api di hadapan rakyatnya. Seluruh rakyat yang
hadir saat itu terkesima dan takjub dengan kehebatan propaganda Napoleon
sehingga nyaris semua yang hadir menyanjung, memuja, dan mengelu-elukan sang
penguasa tersebut dengan sangat histeris.
Si penasihat yang berdiri di
samping Napoleon berkata: “Lihatlah Paduka Yang Mulia, seluruh rakyat merasa sangat
kagum dan begitu mengagungkan kebesaran diri Anda sebagai penguasa mereka.
Mereka amat membanggakan kebesaran Paduka sebagai satu-satunya penguasa besar
mereka.”
Namun Napoleon menjawab dengan
tenang, “Di tampuk kekuasaanku ini, aku memang selalu di puja-puja. Namun kelak
saat kemenangan ini terlepas dari genggaman tanganku, saat kerapuhan mulai
menyapaku, dan tatkala penguasa baru menggulingkan tahta kebesaranku, mereka
semua akan mencibir, mencaci maki, dan memuntahkan sumpah serapah sebagaimana
yang telah terjadi pada para penguasa sebelumku.”
Kisah Napoleon Bonaparte ini setidaknya
bisa kita tarik dalam konteks persahabatan. Jika dilontarkan pertanyaan:
sulitkah mencari seorang teman? Jawabnya tidak sulit. Kalau kebetulan Anda
orang yang kaya raya atau orang besar yang berstatus sosial tinggi, mudah untuk
mendapatkan bukan hanya seorang teman tapi seribu kawan. Dengan kemewahan yang
Anda miliki dan kedudukan yang Anda sandang, sangat gampang memperoleh sejuta
kawan.
Tidak berlebihan bila sosiolog
Prancis, Pierre Bourdieu menyatakan bahwa kapital (modal) ekonomi yang dimiliki
seseorang merupakan kapital yang paling mudah dikonversikan ke kapital lain,
seperti kekuasaan, budaya, politik, dan sosial. Artinya kalau Anda mempunyai
uang dan kemewahan dunia, maka dengan semua itu Anda bisa menguasai orang lain
(kapital kekuasaan), bisa memerintah orang pandai untuk menyelesaikan masalah
keilmuan Anda (kapital budaya), dapat menangani kebijakan-kebijakan politis
(kapital politik), dan Anda juga dapat menciptakan hubungan sosial yang hangat,
indah, dan mesra dengan kebanyakan orang (kapital sosial). Inilah yang disebut positional friend, sahabat posisional. Sayangnya,
sahabat posisi terkadang menjelma false
friend, sahabat palsu yang akan menelikung Anda dipersimpangan jalan.
Namun, kembali pada pertanyaan
di atas, bila pertanyaannya ditambah sedikit saja akan lain persoalannya:
sulitkah mencari seorang teman sejati? Jawabannya sulit. Lazimnya, kekayaan
duniawi hanya menjalin persahabatan semu. Kesenangan memang cukup mudah
mengundang orang lain sebagaimana gula menarik perhatian instingtual alami
seekor semut. Dalam glamour kemegahan materi, seribu musuh pun dapat Anda
taklukkan menjadi para sahabat.
Alasannya, tidaklah sulit
mengajak siapapun orangnya untuk bersenda gurau di tengah-tengah pesta. Tapi
cobalah Anda undang orang-orang itu untuk berbagi sedikit saja prahara
kehidupan yang Anda rasakan. Besar kemungkinan, sedikit sekali orang yang mau
benar-benar berbagi duka bersama Anda. Karena sungguh langka mencari
orang-orang yang sudi menitikkan air mata nestapa. Di singgasana istana memang
sungguh indah bila setiap orang ingin mendekati Anda, namun di pintu penjara
nyaris tak seorang pun yang hendak memandang Anda.
Dalam konteks inilah, pujangga
besar sufi Sa’di Syirazi mengingatkan kita, “Sahabat sejati bisa kita
temukan dalam penjara, sebab saat berada di meja makan, semua musuh akan
menjelma menjadi seorang kawan”. Kiranya bukan uang, kemewahan duniawi,
atau pun status sosial Anda yang membawa orang lain menjadi sahabat sejati (true friend) Anda, melainkan kepedulian,
kebajikan, dan pertolongan yang Anda berikan dengan disertai keikhlasan hati.
Di sini, seandainya Anda memiliki banyak kawan, Anda harus kritis, apakah
mereka sahabat sejati atau disebabkan materi semata: uang, kemewahan, dan
kedudukan Anda. Kiranya cukup jelas, jangan berikan materi tapi tawarkanlah
hati, bukan kemewahan tapi kebajikan, dan bukan kebanggaan tetapi kearifan
hidup. Sungguh tepat: “A friend in need is a friend indeed; Seorang sahabat
di waktu kesusahan adalah benar-benar sahabat sejati”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar