KESABARAN
YANG MENCERAHKAN
Dr. Zaprulkhan M.S.I. Inspiring Learner
Ketika ujian
datang memporak-porandakan wajah kehidupan Anda yang indah dan damai menjadi
berantakan, bagaimanakah sikap Anda? Ketika sayap-sayap mimpi Anda dipatahkan
oleh tangan-tangan Sang Takdir sebelum mencapai tujuannya, bagaimanakah sikap
Anda? Dan tatkala proyek-proyek yang telah Anda rencanakan dengan baik
tiba-tiba hancur berantakkan di tengah jalan, bagaimanakah Anda menghadapi
semua itu?
Secara psikologis,
ketika sejumlah tantangan dan ujian gagal kita lalui, biasanya kita menjadi
pesimistik terhadap kehidupan. Tatkala kita mengalami sejumlah kegagalan dalam
mengarungi problematika kehidupan, lazimnya kita menganggap segala upaya kita
sia-sia dan kita mulai mengembangkan perasaan pesimistik yang menghancurkan.
Inilah yang oleh pioner psikologi positif, Martin Seligman dinamakan
‘ketidakberdayaan yang dipelajari’, learned
helplessness.
Tapi apakah setiap
tantangan dan ujian yang gagal kita lewati akan membuat kita pesimis dan putus
asa? Tentu saja tidak. Salah satu tantangan terbesar dalam kehidupan siapa pun
adalah memahami bagaimana caranya menafsirkan kekalahan, kegagalan, dan
keterpurukkan. Sebab, bagaimana kita menangani ujian, tantangan, bahkan
kegagalan itulah yang akan membentuk masa depan kita.
Simak advis
praktis Anthony Robbins dalam Awaken the
Giant Within: It’s not the events of our
lives that shape us, but our beliefs as to what those events mean; ‘Bukanlah
kejadian-kejadian dalam kehidupan kita yang membentuk kita, melainkan keyakinan
kita sendiri tentang apa makna kejadian-kejadian tersebut’. Di sini, poin
terpentingnya adalah mindset dan
keyakinan yang bersemayam dalam diri kita masing-masinglah yang paling berperan
dalam mengarungi tantangan hidup apakah kita akan menjadi orang pesimis atau optimis,
putus asa atau penuh harap, sebagai pecundang atau pemenang.
Dari perspektif
religius, agama kita selalu mengajarkan kita untuk mengembangkan keyakinan
optimistik dan penuh harap sekalipun ketika berada di tengah-tengah prahara
kehidupan. Nabi kita menyampaikan prinsip ini dengan sangat indah: ‘Sangat menakjubkan keadaan orang-orang
beriman, sebab segala urusan bagi mereka
sangat baik dan tidak mungkin semuanya menjadi sangat baik bagi orang lain
kecuali bagi orang-orang yang beriman; Sebab ketika ia mendapat anugerah dari
Tuhan ia bersyukur, maka syukur itu sangat baik baginya, dan bila ia mengalami
kesulitan ia bersabar, maka kesabaran itu juga sangat baik baginya’. (HR.
Muslim)
Bercermin pada
pesan Nabi tersebut, sikap ideal yang dituntut dari seorang mukmin ketika
tengah berada dalam ujian, kesulitan, bahkan kegagalan adalah kesabaran. Namun
jangan salah paham, kesabaran dalam konteks ini adalah kesabaran aktif, bukan
pasif. Itu artinya, bersama kesabaran kita tetap senantiasa mengharapkan yang
terbaik dari Tuhan, sebab kita adalah orang-orang yang percaya (mukmin) kepada-Nya. Kita harus selalu
mendambakan solusi terbaik dari Tuhan, sebab setiap kita adalah orang-orang
yang percaya (mukmin) kepada Tuhan.
Sehingga sewaktu berada di tengah-tengah kenestapaan hidup, kita mesti selalu
bersandar, berharap, dan memohon hal-hal yang terbaik dari Tuhan.
Dalam konteks
ini pula, kita harus mengingat kembali pesan Allah dalam Kitab suci-Nya, “Jika Tuhan menghendaki engkau mendapatkan
kebajikan, maka tidak ada yang mampu menolak anugerah-Nya” (QS. Yunus:
107).
Jika Anda selalu
mengharapkan kekayaan hidup dan Tuhan hendak memberikan kekayaan itu kepada
Anda, walaupun kini Anda hidup dalam kemiskinan, siapakah yang mampu
menghalangi anugerah-Nya kepada Anda? Jika Anda senantiasa mendambakan
kesuksesan hidup dan Tuhan benar-benar hendak menghadirkan kesuksesan hidup itu
ke hadapan Anda, meskipun kini Anda tengah mengalami kegagalan, siapakah yang
dapat menolak karunia besar-Nya kepada Anda? Dan bila Anda selalu memohon
solusi, jalan keluar, dan anugerah terbaik dari Tuhan di tengah-tengah
kesulitan yang sedang menyelimuti wajah kehidupan Anda dan Tuhan benar-benar
mendatangkan semua kebajikan itu kepada Anda, maka siapakah yang sanggup
menahan semua karunia terindah-Nya kepada Anda? Sungguh tak seorang pun di
kolong langit ini yang dapat menghalangi semua anugerah yang telah Tuhan
rencanakan dalam kehidupan Anda.
Lihatlah pada
kesabaran dan keyakinan Nabi Musa as, yang selalu memohon untuk kehancuran
Fir’aun dan 40 tahun kemudian baru dikabulkan doanya oleh Allah. Namun di
tengah-tengah bentangan waktu 40 tahun itu, Nabi Musa as tidak pernah berhenti
berharap yang terbaik dari Tuhan, sehingga Tuhan benar-benar menghancurkan kekuasaan
Fira’un dengan menenggelamkan mereka bersama bala tentaranya di tengah-tengah
lautan (Lihat QS. Yunus: 88).
Belajarlah pada
kesabaran dan sikap optimistik Nabi Zakariyya as yang walaupun sudah tua renta
dan istrinya dalam keadaan mandul, tapi beliau tidak pernah putus asa dan
selalu berharap sekaligus memohon anugerah keturunan terbaik dari Tuhan,
sehingga Tuhan mengaruniai beliau seorang anak yang terbaik, seorang anak yang
menjadi Rasul pula: Yahya as (Lihat QS. Maryam: 2-8). Saudaraku, itulah salah
satu bagian dari makna firman Tuhan: “Sesungguhnya
orang-orang yang bersabarlah yang mendapatkan anugerah tanpa batas” (QS.
Az-Zumar: 10).
Dan ketika Tuhan
menayangkan kisah-kisah agung para kekasih-Nya kepada kita, itu artinya kita
harus menjadikan kehidupan mereka sebagai teladan indah bagi kehidupan kita.
Kita dituntut agar tetap melabuhkan semesta harapan kepada Tuhan kendati berada
di tengah-tengah ujian; mendambakan kemudahan meskipun sedang terjebak di
tengah-tengah kesulitan; serta mengharapkan kebaikan dan solusi terbaik
walaupun semua pintu di hadapan kita terkunci.
Karenanya, orang-orang
bijak membisikkan sebuah sikap kesabaran yang mencerahkan kepada kita semua: When one door closes, if we will keep the
right attitude, keep believing, keep expecting, and keep pursuing, God will
open another door, “Saat sebuah pintu tertutup, jika kita mau selalu
menjaga sikap yang tepat, tetap yakin, berharap, dan berupaya, niscaya Tuhan
akan membuka pintu lain bagi kita”.
Percayalah: God’s dream for our life is so much bigger
and greater than we can imagine. ‘Impian Tuhan bagi kebahagiaan hidup kita
semua jauh lebih besar dan mulia dibandingkan yang dapat kita bayangkan’, semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar